## Guncangan Politik Nepal: Kedutaan Besar China Aktifkan Tanggap Darurat, Imbau Kewaspadaan Warga Negara
Situasi politik di Nepal tengah memanas dan menimbulkan kekhawatiran bagi warga negara asing, termasuk warga negara China. Kerusuhan besar yang melanda negara tersebut telah memaksa Kedutaan Besar China di Kathmandu untuk mengaktifkan mekanisme tanggap darurat konsuler. Hal ini dikonfirmasi oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam konferensi pers di Beijing pada Rabu, 10 September 2025.
Ketegangan politik di Nepal bermula pada 4 September, ketika pemerintah Nepal memblokir sejumlah platform media sosial ternama yang gagal memenuhi tenggat waktu pendaftaran di Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi. Langkah ini memicu gelombang protes besar-besaran, terutama dari kalangan generasi muda, yang oleh media disebut sebagai “Revolusi Gen Z”. Protes yang awalnya terpusat di Kathmandu, ibu kota Nepal, dengan cepat meluas ke berbagai kota besar di seluruh negeri.
Pada Senin, 8 September, demonstrasi berubah menjadi kerusuhan. Para pengunjuk rasa, yang menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Sharma Oli, menyerbu gedung parlemen dan kediaman pribadi Perdana Menteri di Kota Baluwatar. Aparat keamanan terpaksa menggunakan gas air mata, meriam air, dan bahkan peluru tajam untuk membubarkan massa. Kerusuhan ini mengakibatkan korban jiwa dan ratusan luka-luka. Laporan menyebutkan setidaknya 19 pengunjuk rasa tewas dan ratusan lainnya mengalami cedera. Rumah sakit di berbagai wilayah dilaporkan kewalahan menangani pasien yang terus berdatangan. Situasi semakin kacau dengan aksi pembakaran kediaman pribadi Perdana Menteri Oli dan aksi pendudukan gedung parlemen serta kediaman Presiden Nepal, Ram Chandra Poudel.
Tekanan yang luar biasa akhirnya memaksa Perdana Menteri Sharma Oli dan Presiden Ram Chandra Poudel untuk mengundurkan diri. Para perusuh, melalui sebuah surat pernyataan, menyatakan telah mengambil alih kendali pemerintahan dan menyerukan pembentukan “pemerintahan sipil yang dipimpin seseorang yang diterima secara universal” serta penyelenggaraan pemilu segera. Ketidakstabilan ini diperparah dengan kaburnya sedikitnya 1.500 tahanan dari penjara Nakkhu di Lalitpur, dan laporan penembakan di markas besar Kepolisian Nepal. Situasi semakin mengkhawatirkan hingga pada Selasa malam, militer Nepal mengambil alih kendali keamanan untuk meredakan situasi yang semakin tidak terkendali. Panglima Angkatan Darat Jenderal Ashok Raj Sigdel menyerukan dialog dan ketenangan guna menyelesaikan krisis.
Menanggapi situasi yang genting ini, Kedutaan Besar China di Kathmandu telah mengambil langkah-langkah proaktif untuk melindungi warga negara dan lembaga-lembaga milik China di Nepal. Lin Jian menyatakan bahwa Kedutaan Besar terus berkoordinasi dengan warga negara China, memberikan instruksi tentang tindakan pencegahan keselamatan, mencari tempat penampungan darurat, dan secara aktif membantu mereka yang membutuhkan. Sampai saat ini, belum ada laporan korban jiwa dari warga negara China. Namun, Lin Jian tetap mengimbau kepada warga negara dan lembaga-lembaga China di Nepal untuk selalu memonitor situasi keamanan, meningkatkan kewaspadaan, mengambil tindakan pencegahan keamanan yang efektif, bersiap menghadapi keadaan darurat, menghindari perjalanan yang tidak perlu, dan segera menghubungi Kedutaan Besar untuk meminta bantuan jika terjadi keadaan darurat.
China, sebagai sahabat dan tetangga dekat Nepal, menyatakan keprihatinannya atas situasi yang terjadi dan berharap berbagai pihak di Nepal dapat menangani masalah domestik dengan tepat serta segera memulihkan ketertiban sosial dan stabilitas nasional. Ketegangan politik di Nepal ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak yang lebih luas di kawasan, dan perkembangan selanjutnya akan terus dipantau dengan seksama.
**Kata Kunci:** Nepal, Kerusuhan Nepal, Demonstrasi Nepal, Politik Nepal, Kedutaan Besar China, Tanggap Darurat, Keamanan Warga Negara, Revolusi Gen Z, Sharma Oli, Ram Chandra Poudel.